Senin, 18 Maret 2013

Media Pembelajaran "Volume Prisma Tegak dan Limas"

Assalamu'alaikum ..

Postingan saya kali ini merupakan suatu media pembelajaran untuk materi Volume Prisma Tegak dan Limas yang di ajarkan di kelas VII SMP.
Dengan adanya media pmbelajaran yang berupa power point ini diharapkan dapat membantu para guru yang ingin mengajarkan materi Volume Prisma Tegak dan Limas kepada muridnya. Selain itu, media pembelajaran ini juga merupakan suatu tugas yang harus di lengkapi di mata kuliah yang saya ikuti, yaitu mata kuliah Pembelajaran Matematika Berbasis TIK.

Adapun stadar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya adalah sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi
    Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
2. Kompetensi Dasar
    Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas
3. Indikator
   - Mencari rumus volume prisma dan limas
   - Menggunakan rumus untuk menghitung volume prisma dan limas

Media pembelajaran ini, dapat anda unduh di link berikut:

Semoga bermanfaat ..... (^_^)


Minggu, 17 April 2011

Kebangkitan Sang Wanita

Apabila kita menoleh sebentar pada peranan wanita di masa lampau, peran wanita sekarang ini sungguh sangat berbeda. Jika dibandingkan dengan masa sebelum adanya emansipasi wanita, peran wanita sangatlah terbatas. Hampir semua peranan dalam pembangunan nasional dipegang oleh kaum pria. Mereka dianggap lebih memiliki kemampuan dalam memimpin dibandingkan dengan seorang wanita. Padahal telah cukup jelas diterangkan dalam UUD 1945 bahwa setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang sama ( baik pria maupun wanita).
Secara biologis, wanita dan pria terlihat berbeda. Namun, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan budi pekerti, mereka pun memiliki hak yang sama dalam berkembang. Mereka memiliki peranan yang penting dalam proses pembangunan nasional, seperti di bidang politik, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya, hingga bidang lainnya.
Kita semua tahu bahwa peranan wanita zaman dahulu hanyalah sebatas mengurus rumah tangga. Setiap hari, mereka hanya mengurus suami, anak, dan berjibaku dengan dapur.  Mereka pun tak memiliki pendidikan yang tinggi sehingga tak dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional. Mereka hanya bisa mendukung karier suaminya, tanpa ikut berperan secara langsung. Pada masa itu, kebanyakan para orangtua menganggap bahwa tak ada untungnya untuk menyekolahkan anak wanitanya sampai jenjang yang lebih tinggi, karena pada kodratnya wanita akan kembali lagi sebagai pengurus rumah tangga. Mereka berargumen bahwa menyekolahkan anak wanita itu hanya membuang uang saja.
Berbeda dengan pria, orangtua mereka berusaha sekuat mungkin untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai dengan jenjang yang tertinggi. Mereka yakin bahwa pria lah yang nantinya akan jadi seorang pemimpin. Dengan perbedaan diatas, kita dapat melihat secara jelas diskriminasi antara pria dan wanita. Oleh sebab itu, percuma saja adanya UUD 1945 yang pada kenyataannya tidak diterapkan secara benar.
Setelah adanya perjuangan dalam menyejajarkan peranan wanita terhadap pria, yang dilakukan oleh R.A. Kartini, perlahan peranan wanita mulai bangkit. Banyak wanita yang mulai berkontribusi di bidang politik, kesehatan, maupun ekonomi. Sekarang wanita dapat menjadi seorang dokter, guru, pekerja kantoran, bahkan menjadi seorang menteri tanpa perlu hanya menjadi ibu rumah tangga saja.
Kondisi wanita sekarang pun berbeda dengan masa lalu. Dahulu, pendidikan dianggap tak ada gunanya untuk seorang wanita. Namun sekarang, pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi para wanita yang ingin berkarier dalam berbagai bidang. Hampir tak ada bedanya antara pria dan wanita, contohnya saja wanita dapat menjadi seorang pemimpin.
Ada beberapa contoh figur wanita yang telah berhasil dalam melakoni peranannya dalam pembangunan bangsa, seperti Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid I, Mari
Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan, Endang
Rahayu Setyaningsih sebagai Menteri Kesehatan, Linda Agum Gumelar sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Michelle Obama sebagai ibu Negara Amerika Serikat yang memperjuangkan hak-hak wanita, dan masih banyak lagi.
Bagi para wanita, tak ada lagi alasan untuk tidak berterima kasih pada pejuang-pejuang wanita yang telah berjuang sekuat mungkin untuk menaikkan derajat wanita sampai sejajar dengan pria. Sebagai wanita yang memiliki hak yang sama dengan pria, manfaatkanlah peranan ini dengan sebaik mungkin dan janganlah sekali-kali kita menyelewengkan peranan ini, serta selalu ingatlah terhadap kodrat wanita yang sesungguhnya.

Minggu, 03 April 2011

Kata Cinta untuk Guruku

Adakah gugusan bintang yang mampu menyinari langkah ini
Adakah tetesan air langit yang mampu meluluhkan dunia ini
Adakah ribuan benih tertanam yang mampu tumbuh sempurna

Aku …
Yang tuli, buta, dan bisu
Pergi meniti arah yang terkadang salah
Menghabiskan waktu berkutat dengan amarah
Tertatih mencari secercah sinar demi segenggam harapan

Kau … guruku …
Datang membawa sinar itu
Uluran tanganmu menarikku dari belenggu kegelapan
Kau sinari aku dengan gugusan bintang yang kau bawa
Kau luluhkan duniaku dengan tetesan air langit yang kau tegukan
Kau tanami aku sebuah benih harapan
Dan benih itu tumbuh hingga kini dan bersemi

Guruku …
Gerak langkah kaki, pengorbanan, serta kesabaranmu
Telah menciptakan patriot-patriot muda pembangun bangsa
Usia senja tak menyurutkan semangatmu
Mendidikku dengan beribu ilmu setulus jiwa
Raut wajah dengan peluh membasahi dahimu
 Menyiratkan betapa tinggi rasa cintamu
Ukiran kasih sejatimu menorehkan rindu di hatiku
Anak dari segala harapanmu…

Sabtu, 19 Maret 2011

Kebingungan di Akhir Masa SMA

Disini, saya menceritakan pengalaman saya sewaktu menjadi siswi kelas XII di salah satu SMA di kota Bogor. Kenaikan kelas menjadi siswi kelas XII adalah suatu beban bagi diri saya, walaupun sebagian orang merasa senang karena dengan berganti status menjadi siswa/i kelas XII, bertanda bahwa mereka akan segera lulus dan mungkin akan meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Di awal semester, beban itu pun belum terlalu dirasa berat. Maklum saja, berbagai macam tes seperti Ujian Nasional (UN), Ujian Akhir Sekolah(UAS), Ujian Praktik, sampai dengan SNMPTN masih lama digelar. Namun, bukan berarti “berleha-leha” juga. Persiapan untuk menghadapinya tentu saja sudah dimulai, seperti kegiatan pemantapan di jam akhir sekolah, ikut bimbel sampai sore, sampai harus bangun di tengah malam untuk belajar. Tak lupa juga untuk selalu berdoa memohon yang terbaik kepada Allah SWT. Di SMA saya dulu, setiap menjelang berbagai macam tes,  siswa/i kelas XII selalu memenuhi musholla sekolah setiap pagi untuk sholat dhuha. Padahal, sehari-harinya jarang sekali musholla terlihat penuh.
Memasuki semester dua, semua siswa/i sudah semakin sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka sudah mulai memikirkan nasib mereka setelah lulus SMA nanti. Ruang Bimbingan Konseling (BK) selalu didatangi setiap harinya untuk konsultasi. Guru BK di sekolah saya pun selalu mondar-mandir dari satu kelas memasuki kelas lainnya untuk memberikan informasi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di seluruh Indonesia. Banyak juga mahasiswa yang datang untuk mempromosikan tempat kuliah mereka, dari yang beralmamater kuning, biru, hijau, bermacam-macam seperti pelangi.
Sebagai siswi kelas XII, saya sering sekali mendengar pertanyaan  mau nerusin kemana setelah lulus SMA ?” Itu adalah pertanyaan yang klasik, namun tak mudah untuk menjawabnya. Jujur saja, saya bingung sekali untuk menentukan PTN mana yang harus saya pilih? ? Jurusan apa? Lewat jalus tes yang mana ? Kalau tidak diterima di PTN bagaimana? Huhhhh ,, membuat saya makin pusing. Disisi lain pun, orangtua menyerahkan sepenuhnya kepada saya untuk menentukan sendiri langkah setelah lulus SMA.
Berdasarkan pengalaman, faktor  utama yang harus dipertimbangkan adalah minat. Hampir dipastikan, tidak ada seseorang yang berhasil apabila pilihannya tak sesuai dengan minatnya. Orang lain, termasuk orang tua boleh saja memberikan saran atau masukan, tetapi kami sendirilah yang akan menjalani sekian tahun proses belajar di perguruan tinggi. Ingat, jangan sampai salah memilih !
Pertimbangan kedua, lihat kondisi keuangan orangtua kita. Apabila sekiranya mereka sanggup membiayai kita, itu tak jadi masalah. Namun, bagaimana yang kondisi keuangan orangtuanya terbatas ? Jangan khawatir, pasti ada solusinya. Jika kamu ada di posisi tersebut, berhati-hatilah dalam memilih. Usahakan agar dapat masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena biaya perkuliahan di PTN bisa dianggap tak terlalu mahal, walaupun ada beberapa PTN yang biayanya cukup “mencekik leher”. Saya mempunyai teman  sekelas yang posisinya seperti ini, keuangan orangtuanya terbatas. Setiap hari dia berjualan makanan ringan di setiap waktu istirahat. Sepulang sekolah pun dia harus menjaga koperasi sekolah, tapi dia memiliki keinginan kuat untuk bisa kuliah di PTN. Sekitar bulan Februari 2010, akhirnya dia diterima di sebuah PTN di kota Bogor melalui jalur PMDK tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun karena mendapat beasiswa. Maklum saja, dia adalah salah seorang siswi yang pandai di kelas. Nah, dari sini bisa disimpulkan bahwa semua orang bisa saja duduk di bangku perkuliahan asal kita punya tekad yang kuat untuk meraih angan-angan itu.
Selanjutnya, apabila telah menentukan pilihan. Kamu harus melakukan persiapan pendaftaran PTN. Siapkanlah biaya pendaftaran, persyaratan pendaftaran, sampai dengan batas terakhir pengumpulannya. Ikutilah semua tes PTN yang kamu ingin ikuti. Jangan karena biaya yang mahal, kamu akhirnya membatalkan mengikutinya. Lebih baik kehilangan uang, daripada harus menyesal di akhir.
Semoga saran yang saya berikan tadi dapat bermanfaat untuk semua orang yang telah membaca ini. Untuk yang memiliki saran atau pun koreksi lainnya, bisa di tuliskan di komentar. Terima kasih.