Apabila kita menoleh sebentar pada peranan wanita di masa lampau, peran wanita sekarang ini sungguh sangat berbeda. Jika dibandingkan dengan masa sebelum adanya emansipasi wanita, peran wanita sangatlah terbatas. Hampir semua peranan dalam pembangunan nasional dipegang oleh kaum pria. Mereka dianggap lebih memiliki kemampuan dalam memimpin dibandingkan dengan seorang wanita. Padahal telah cukup jelas diterangkan dalam UUD 1945 bahwa setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang sama ( baik pria maupun wanita).
Secara biologis, wanita dan pria terlihat berbeda. Namun, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan budi pekerti, mereka pun memiliki hak yang sama dalam berkembang. Mereka memiliki peranan yang penting dalam proses pembangunan nasional, seperti di bidang politik, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya, hingga bidang lainnya.
Kita semua tahu bahwa peranan wanita zaman dahulu hanyalah sebatas mengurus rumah tangga. Setiap hari, mereka hanya mengurus suami, anak, dan berjibaku dengan dapur. Mereka pun tak memiliki pendidikan yang tinggi sehingga tak dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional. Mereka hanya bisa mendukung karier suaminya, tanpa ikut berperan secara langsung. Pada masa itu, kebanyakan para orangtua menganggap bahwa tak ada untungnya untuk menyekolahkan anak wanitanya sampai jenjang yang lebih tinggi, karena pada kodratnya wanita akan kembali lagi sebagai pengurus rumah tangga. Mereka berargumen bahwa menyekolahkan anak wanita itu hanya membuang uang saja.
Berbeda dengan pria, orangtua mereka berusaha sekuat mungkin untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai dengan jenjang yang tertinggi. Mereka yakin bahwa pria lah yang nantinya akan jadi seorang pemimpin. Dengan perbedaan diatas, kita dapat melihat secara jelas diskriminasi antara pria dan wanita. Oleh sebab itu, percuma saja adanya UUD 1945 yang pada kenyataannya tidak diterapkan secara benar.
Setelah adanya perjuangan dalam menyejajarkan peranan wanita terhadap pria, yang dilakukan oleh R.A. Kartini, perlahan peranan wanita mulai bangkit. Banyak wanita yang mulai berkontribusi di bidang politik, kesehatan, maupun ekonomi. Sekarang wanita dapat menjadi seorang dokter, guru, pekerja kantoran, bahkan menjadi seorang menteri tanpa perlu hanya menjadi ibu rumah tangga saja.
Kondisi wanita sekarang pun berbeda dengan masa lalu. Dahulu, pendidikan dianggap tak ada gunanya untuk seorang wanita. Namun sekarang, pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi para wanita yang ingin berkarier dalam berbagai bidang. Hampir tak ada bedanya antara pria dan wanita, contohnya saja wanita dapat menjadi seorang pemimpin.
Ada beberapa contoh figur wanita yang telah berhasil dalam melakoni peranannya dalam pembangunan bangsa, seperti Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid I, Mari
Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan, Endang
Rahayu Setyaningsih sebagai Menteri Kesehatan, Linda Agum Gumelar sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Michelle Obama sebagai ibu Negara Amerika Serikat yang memperjuangkan hak-hak wanita, dan masih banyak lagi.
Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan, Endang
Rahayu Setyaningsih sebagai Menteri Kesehatan, Linda Agum Gumelar sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Michelle Obama sebagai ibu Negara Amerika Serikat yang memperjuangkan hak-hak wanita, dan masih banyak lagi.
Bagi para wanita, tak ada lagi alasan untuk tidak berterima kasih pada pejuang-pejuang wanita yang telah berjuang sekuat mungkin untuk menaikkan derajat wanita sampai sejajar dengan pria. Sebagai wanita yang memiliki hak yang sama dengan pria, manfaatkanlah peranan ini dengan sebaik mungkin dan janganlah sekali-kali kita menyelewengkan peranan ini, serta selalu ingatlah terhadap kodrat wanita yang sesungguhnya.